Pertemuan
Ketiga Mata Kuliah
Perencanaan
Kampanye Komunikasi
Pada pertemuan ketiga mata kuliah perencanaan kampanye komunikasi yang dilaksanakan pada hari kamis, 31 maret 2022. Membahas tentang "Pesan Kampanye", nah pesan kampanye mempunyai ciri-ciri yaitu:
- Memiliki overlapping of interest dengan khalayak
- Ringkas, jelas, memorable, dan readable
- Bersifat argumentative (reasoning) harus mempunyai alasan
- Etis dan dapat dipercaya
- Konkret dan berkaitan langsung dengan masalah
- Bersifat repetisi atau berulang
- Bersifat koheren atau saling berhubungan
- Bersifat segmentatif
- Harus memperlihatkan perbedaan
- Memberikan solusi dan arah tindakan
Selanjutnya membahas tentang teori persuasi untuk desain pesan kampanye. Pesan kampanye harus dirancang dengan melibatkan seni dan teori-teori ilmiah. Teori persuasi pesan kampanye mempunyai 2 aspek:
- Aspek teoritis
- Aspek seni
Menurut teori retorika Aristoteles dalam pesan persuasi seseorang diajak berpikir dan menimbang benar-tidaknya suatu pesan berdasarkan tiga aspek, yaitu
- Ethos
- Pathos
- Logos
Agar pesan kampanye mampu menyita perhatian public ada 7 aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain pesan:
- Verbalisasi pesan
- Visualisasi
- Ilustrasi
- Himbauan (appeal)
- Repetisi
- Humor
- Model/pendekatan kelompok
Kampanye Anti
Kekerasan Terhadap Anak
“Stop
Child Abuse”
Masa depan anak
adalah segalanya. Jangan sampai usia dini justru mendapatkan perlakuan kasar. Kasus
child abuse harus diantisipasi bersama. Potensi kekerasan selalu ada. Tak
hanya di rumah, tapi juga di lingkungan sekolah. Kampanye ini bekerja sama
dengan Komnas Perlindungan Anak. Tindakan konkret yang dilakukan dengan cara
menyuarakan kampanye melalui media sosial. Media tersebut dipilih karena paling
efektif dalam meningkatkan awareness dan kepedulian publik. Dengan meminta
teman-teman public figure untuk menyuarakan kampanye #stopchildabuse melalui
media sosial. Mereka sudah berkomitmen membantu Komnas Perlindungan Anak secara
penuh. Bahkan mereka bersedia untuk dididik dan mejadi pembicara dalam seminar #stopchildabuse.
Menurut budaya yang ada di Indonesia membuat pencegahan dan penanggulangan
kekerasan terhadap anak menjadi sebuah tantangan yang besar.