Rabu, 08 Juni 2022

MODEL - MODEL KAMPANYE

 

Pertemuan Ketujuh Mata Kuliah

Perencanaan Kampanye Komunikasi

Hallo guys, welcome back😊😊

Pada pertemuan mata kuliah perencanaan kampanye komunikasi kali ini membahas tentang “Model-Model Kampanye” dari buku manajemen kampanye karya Antar Venus.

Sebelum membahas tentang model-model kampanye, saya akan memberikan pengertian tentang kampanye. Kampanye adalah sebuah kegiatan komunikasi yang bersifat kompleks dan beraneka segi (multifaceted). Untuk memahami bagaimana proses berlangsungnya aktivitas kampanye, diperlukan model yang secara deskriptif akan menggambarkan kesalingketerkaitan antara berbagai aspek yang menjadi bagian dan alur dari praktik kampanye.

Definisi dan Arti Penting Kampanye

Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut (Mulyana, 2000).

  • Model Komponensial Kampanye (Componential Campaign Model)

Model ini digagas oleh berbagai ahli kampanye dengan menggunakan kerangka kerja lasswell (Lasswellian Framework) sebagai acuannya. Model ini mengambil komonen-komponen pokok yang terdapat dalam suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan kampanye. Unsur-unsur yang terdapat dalam di dalamnya meliputi sumber kampanye, saluran, pesan, penerima kampanye, efek, umpan balik, dan gangguan. Unsur-unsur tersebut harus dipandang sebagi suatu kesatuan mensdeskripsikan dinamika proses kampanye.

  • Model Pengaruh Kampanye

Model yang dalam bahasa aslinya dinamai model of campaign influence process, memiliki kedekatan konseptual dengan model komponensial kampanye. Penggagas model ini tidak diketahui pasti. Umumnya, ahli kampanye mengaitkan model ini dengan Denis McQuail, seorang ahli komunikasi massa berkebangsaan Belanda. Model ini menekankan aspek proses pelaksanaan kampanye dengan fokus pada capaian efek.

Menurut model ini, strategi kampanye harus mempertimbangkan enam aspek yang sangat menentukan keberhasilan kampanye, yaitu aspek sumber atau penyelenggara kampanye, aspek saluran, aspek pesan kampanye, aspek perangkat penyaringan, aspek variable public react, dan aspek efek kampanye.

  • Model Kampanye Ostergaard

Model ini dikembangkan oleh Leon Ostergaard, seorang teoretikus dan praktisi kampanye kawakan dari Jerman (Klingemann, 2002). Model yang diciptakannya ini tidak muncul dari atas meja, tetapi dari pengalaman praktik lapangan. Di antara berbagai model kampanye yang ada, model ini dianggap yang paling pekat sentuhan ilmiahnya. Hal ini bisa dilihat dari kata-kata kunci yang digunakan di dalamnya.

Menurut Ostergaard, sebuah rancangan program kampanye untuk perubahan sosial yang tidak didukung oleh temuan-temuan ilmiah tidak layak untuk dilaksanakan. Karena program semacam itu tidak akan menimbulkan efek apapun dalam menganggulangi masalah sosial yang dihadapi.

  • The Five Functional Stages Development Model

Model ini dikembangkan oleh tim peneliti dan praktisi kampanye di Yale University AS pada awal 1960-an (Larson, 1993). Model ini dianggap yang paling populer dan banyak diterapkan di berbagai belahan dunia.

Pada model ini digambarkan bagaimana tahapan kegiatan kampanye harus dilalui sebelum akhirnya kegiatan tersebut berhasil atau gagal mencapai tujuannya.

Tahap identifikasi merupakan tahap penciptaan identitas kampanuye yang dengan mudah dapat dikenali oleh khalayak.

Tahap kedua adalah legitimasi. Dalam kampanye politik, legitimasi diperoleh, misalnya ketika seseorang telah masuk daftar calon anggota legislatif atau seorang calon presiden memperoleh dukungan kuat dalam polling yang dilakukan lembaga independen.

Tahap ketiga adalah partisipasi. Tahap ini dalam praktiknya relatif sulit untuk dibedakan dengan tahap legitimasi karena ketika seorang kandidat, produk, atau gagasan mendapatkan legitimasi, pada saat yang sama dukungan yang bersifat partisipatif mengalir dari khalayak.

Tahap keempat adalah tahap penetrasi. Pada tahap ini, seorang kandidat, sebuah produk, atau sebuah gagasan telah hadir dan mendapat tempat di hati masyarakat.

Tahap terakhir adalah tahap distribusi. Pada tahap ini, tujuan kampanye pada umumnya telah tercapai.

  • The Communicative Functions Model

Judith Trent dan Robert Friedenberg adalah praktisi sekaligus pengamat kampanye politik di Amerika Serikat. Dalam bukunya yang berjudul Political Campaign Communication, mereka merumuskan sebuah model kampanye yang dikonstruksi dari lingkungan politik. Sebagaimana model yang dikembangan Tim Yale University, model ini juga memusatkan analisisnya pada tahapan kegiatan kampanye.

  • Model Kampanye Nowak dan Warneryd

Menurut McQuail & Windahl (1993), model kampanye Nowak dan Warneryd merupakan salah satu contoh model kampanye tradisional. Pada model ini, proses kampanye dimulai dari tujuan yang hendak dicapai dan diakhiri dengan efek yang diperoleh.

Pada model Nowak dan Warneryd, terdapat delapan elemen kampanye yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Intended Effect (efek yang diharapkan)

2. Competing Communication (persaingan komunikasi)

3. Communication Object (objek komunikasi)

4. Target Population & Receiving Group (populasi target dan kelompok penerima)

5. The Channel (saluran)

6. The Message (pesan)

7. The Communicator/Sender (komunikator/pengirim pesan)

8. The Obtained Effect (efek yang dicapai)

  • The Diffusion of Innovation Model

Model ini umumnya diterapkan dalam kampanye periklanan dan kampanye yang berorientasi pada perubahan sosial. Penggagasnya adalah ilmuan komunikasi ternama, Everett M. Rogers. Dalam model ini, Rogers menggambarkan adanya empat tahap yang akan terjadi ketika proses kampanye berlangsung. (Larson, 1993). Empat tahap tersebut adalah tahap informasi, persuasi, membuat keputusan untuk mencoba dan tahap konfirmasi atau reevaluasi.

  • Model Kampanye Komunikasi Kesehatan Strategis

Model ini muncul dari praktik komunikasi kesehatan, khususnya yang berfokus pada promosi kesehatan, yakni tindakan komunikasi yang dirancang untuk memengaruhi khalayak dalam menerima dan menjalani pola hidup sehat. Model ini dikemukakan oleh E.W. Maibach, G.L. Kreps, dan E.W. Bonaguro pada 1993, dikembangkan dari hasil riset mereka dalam kampanye pencegahan HIV/AIDS di Amerika Serikat.

  • Model Komponen dan Tahapan Kampanye Simon

Model ini dikemukakan pakar kampanye Amerika, Hibert Simon. Dalam model ini, Simon secara terperinci menjelaskan tahapan serta aspek-aspek yang umumnya hadir dalam aktivitas kampanye (Raymond S. Ross, 2001).

Dalam model ini, Simon membagi tahapan kampanye menjadi lima bagian, antara lain planning, mobilization, legitimation, promotion dan activation.

  • Model Manajemen Kampanye (Campaign Management Model)

Penulis mengonstruksi model ini pada 2015 (Venus, 2015) setelah memadukan hasil-hasil riset kampanye kuantitatif dan kualitatif secara kumulatif teori-teori kampanye, terutama yang digagas oleh Kami J. Silk (Littlejohn, 2009), dan akumulasi pengalaman model ini dapat disebut sebagai model integratif yuang memadukan pendekatan teoritis dan praktis. Penulis menyebut model ini sebagai model manajemen kampanye karena di dalamnya terkandung lima elemen manajemen yang penting, yakni perencanaan, pengembangan, implementasi, monitoring, dan evaliasi (PPIME). Dalam model PPIME, kita akan melihat bagaimana teori-teori diterapkan secara praktis dalam praktik kampanye.

Nah, itu dia model-model kampanye menurut buku Manajemen Kampanye karya Antar Venus. Sampai jumpa dipertemuan selanjutnya😊🙌

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Vlog Campaign #AyoKeKebunRaya

 Hallo guys.. Welcome back🙌🙌 Pada mata kuliah Perencanaan Kampanye Komunikasi dengan dosen Ibu Pipit. Kami diberi tugas untuk membuat Vlog...