Senin, 18 Juli 2022

Vlog Campaign #AyoKeKebunRaya

 Hallo guys..

Welcome back🙌🙌

Pada mata kuliah Perencanaan Kampanye Komunikasi dengan dosen Ibu Pipit. Kami diberi tugas untuk membuat Vlog Campaign. Nah, pada tugas kali ini saya mengambil campaign tentang tempat wisata Kebun Raya Bogor dengan judul #AyoKeKebunRaya. Campaign #AyoKeKebunRaya ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa Indonesia memiliki taman botanica yang sangat bersejarah. Selain itu, Vlog Campaign #AyoKeKebunRaya juga memperkenalkan berbagai macam tempat wisata yang ada di Kebun Raya Bogor. Buat kalian yang pengen tau keseruan apa saja yang ada di Kebun Raya Bogor, yuk langsung cek youtube https://youtu.be/wAxq7UfDNxQ

Script Vlog Campaign #AyoKeKebunRaya

Footage 1 (on camera, menjelaskan)

Hai guys…

Perkenalkan nama saya Fika Nuriah, kali ini saya sedang berada di salah satu destinasi wisata yang wajib banget kalian datengin, ketika berkunjung ke kota Bogor yaitu taman wisata kebun raya Bogor.

Footage 2 (dubbing, shoot tempat yang banyak pohon)

Pada mulanya kebun ini hanya akan dijadikan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan di Hindia-Belanda. Namun, seiring berjalannya waktu, tempat ini menjadi wadah bagi para ilmuan, terutama yang berkecimpung di bidang botanica.

Footage 3 (on camera & dubbing, menjelaskan)

Ada beragam jenis wisata yang bisa kalian nikmati di kebun raya.

1. Taman Meksiko

Tidak perlu jauh-jauh ke Amerika tengah untuk melihat kaktus. Nah, temen-temen cukup datang ke Taman Meksiko kebun raya bogor. Diberi nama taman meksiko karena semua tanaman di taman ini merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko yang memiliki ciri khas tahan cuaca panas. Taman ini terlihat indah dengan berbagai macam jenis tanaman kaktus yang memang banyak digunakan sebagai tanaman hias. Hal ini dikarenakan tanaman kaktus memiliki bentuk yang indah akibat dari penyesuaian diri mereka terhadap lingkungan aslinya.

2. Kolam Gunting

Kebun Raya Bogor yang dibuat sekitar tahun 1868. Kolam ini berfungsi sebagai area ekosistem tanaman air dengan berbagai jenis populasi ikan air tawar di dalamnya. Selain itu letak kolam yang berada ditengah-tengah antara Istana Kepresidenan dengan wilayah Kebun Raya Bogor, menjadikan kolam gunting sebagai pembatas area manajemen diantara keduanya. Pada lokasi ini, pengunjung yang datang bisa menikmati pemandangan pulau kecil ditengahnya yang kerap dikunjungi banyak burung. 

3. Tugu Lady Raffles

Tugu Lady Raffles terletak tidak jauh dari pintu utara Kebun Raya Bogor. Bangunan tugu ini memiliki denah lingkaran yang menyerupai sebuah gazebo atau bangunan terbuka dengan delapan buah pilar yang mengelilinginya. Di bagian tengah terdapat tugu berbentuk persegi dengan ornamen berbentuk cawan di atasnya. Pada tugu tersebut terdapat kata-kata puitis dalam bahasa Inggris klasik yang merupakan hasil karya Olivia Madamne sendiri. Lady Raffles atau Olivia Mariamne adalah istri dari Sir Thomas Stamford Raffles, Letnan Gubernur Inggris di Pulau Jawa (1811 – 1816).

Footage 4 (Dubbing)

Selain menikmati keindahan taman, bangunan, dan tanaman-tanaman yang cantik dan langka, temen-temen juga bisa menyewa beberapa fasilitas di tempat ini, seperti:

·         Shuttle bus         : Rp.25.000/orang/ 1 kali naik

·         Sepeda Keranjang    : Rp.25.000/jam

·         Sepeda gunung       : Rp.30.000/jam

·         Golf Car            : Rp.75.000-Rp.250.000

·         Skuter             : Rp.40.000/30 menit

Footage 5 (keterangan)

Jam Operasional:

Senin-jumat

08.00-16.00 WIB

Harga tiket:

Weekday Rp.16.000

Weekend Rp.26.500

Lokasi: Jl.Ir.H.Juanda No.13, paledang


 


Selasa, 14 Juni 2022

PELAKU KAMPANYE

 

Pertemuan Kesepuluh Mata Kuliah

Perencanaan Kampanye Komunikasi

 

Hollaa guys, welcome 🙌🙌

Kembali lagi bersama saya Fika. Pada pertemuan kali ini, mata kuliah perencanaan kampanye komunikasi membahas tentang “Pelaku Kampanye”.

Siapakah Pelaku Kampanye Itu?

Secara umum, siapa pun yang terlibat dalam menggagas, merancang, mengorganisasikan, dan menyampaikan pesan dalam sebuah kegiatan kampanye dapat disebut sebagai pelaku kampanye. Ini berarti kegiatan kampanye tidak dikerjakan oleh pelaku tunggal, tetapi oleh sebuah tim kerja. Zalmant dkk. (1982) membagi tim kerja kampanye (social change campaign) menjadi dua kelompok, yakni leaders (pemimpin-pemimpin atau tokoh-tokoh) dan supporters (pendukung di tingkat akar rumput). Dalam kelompok leaders terdapat koordinator pelaksana, penyandang dana, petugas administrasi kampanye, dan pelaksana teknis. Sementara dalam kelompok supporters terdapat petugas lapangan atau kader, penyumbang, dan simpatisan yang meramaikan acara kampanye.

Thayer (Signitzer, et.al, 1986)

Instrumental Mediator

·      Orang yang mendukung gagasan atau tujuan yang dikampannyekan

·      Sepenuhnya orang netral yang sekedar melakukan kewajibannya karena terikat kontrak kerja dengan penyelenggara

Consummatory Mediator

·         Mempresentasikan lingkungan nyata dari situasi atau gagasan yang dikampanyekan.

Pengaruh Kredibilitas Sumber Terhadap Kampanye

Dalam istilah Rakhmat (2001), kredibilitas tidak secara inheren ada dalam diri komunikator. Sementara dengan analogi yang pas, Pearson & Nelson (1997) menyebut kredibilitas itu mirip dengan kecantikan, ia ada pada mata orang yang memandangnya.

Keterpercayaan (Trustworthiness)

Menurut Johnston (1986), keterpercayaan atau kejujuran sumber banyak bergantung pada persepsi khalayak tentang maksud tindakan sumber. Jika khalayak menilai bahwa tindakan atau ucapan sumber didasari motif untuk mengambil keuntungan sepihak, ia akan menjadi kurang persuasif daripada sumber yang dipersepsi tidak memiliki kepentingan pribadi. Jadi, khalayak akan menolak pesan-pesan yang terlihat hanya mementingkan atau mengusakana kepentingan orang yang mengungkapkannya.

Keahlian (Expertise)

Dalam konteks kampanye, keahlian pelaku kampanye dimata khalayak dapat merentang dari kategori ahli hingga tidak akhli. Jika khalayak memersepsi komunikator sebagai orang yang ahli, mereka cenderung bersedia mendengarkan, mempelajari, dan menerima isi pesan yang disampaikan. Sebaliknya, bila komunikator dipandang tidak memiliki keahlian, khalayak akan mengabaikan pesan tersebut.

Daya Tarik Sumber (Attractiveness)

Daya tarik sumber termasuk variabel yang paling banyak dimanfaatkan oleh kalangan praktisi periklanan, kampanye politik, dan publi relations dalam mengefektifkan pesan-pesan yang mereka sampaikan. Secaara umum, konsep ini meliputi penampilan fisik dan identifikasi psikologis.

Daya Tarik Fisik

Penampilan fisik seseorang akan memengaruhi bagaimana khalayak memersepsi sumber.

Daya Tarik Psikologis

Sebagai tambahan dari karakteristik fisik, kita juga harus mempertimbangkan daya tarik psikologis. Salah satu komponen daya tarik psikologis adalah kesamaan. Dalam banyak hal, kemiripan antara pembicara dan khalayak dapat meningkatkan daya tarik yang membuat upaya persuasi menjadi lebih efektif.

Faktor Pendukung Lainnya

Pada 1973, McCroskey, Jensen, dan Valencia mengidentifikasi tiga faktor pendukung lainnya yang memengaruhi kredibilitas sumber, yaitu keterbukaam, ketenangan, kemampuan bersosialisasi, dan karisma. (Larson, 1992; Bettinghause, 1976).

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENUNJANG KEBERHASILAN KAMPANYE

 

Pertemuan Kesembilan Mata Kuliah

Perencanaan Kampanye Komunikasi

 

Hollaa guys 🙌🙌

Kembali lagi bersama saya Fika. Pada pertemuan kali ini, mata kuliah perencanaan kampanye komunikasi membahas tentang “Faktor-Faktor Penghambat dan Penunjang Keberhasilan Kampanye”.

Faktor-Faktor Penghambat Keberhasilan Kampanye

Dari analisis yang dilakukan Hyman dan Sheatsley (Kotler, 1989) terhadap kegagalan kampanye tersebut disimpulkan bahwa:

1. Pada kenyataannya memang selalu ada sekelompok khalayak yang "tidak akan tahu" tentang pesan-pesan kampanye yang ditujukan pada mereka.

2. Kemungkinan individu memberikan tanggapan pada pesan-pesan kampanye akan meningkat bila ketertarikan dan keterlibatan mereka terhadap isu yang diangkat juga meningkat.

3. Orang yang membaca dan memersepsi informasi yang mereka terima berdasarkan nilai-nilai serta kepercayaan yang dimiliki.

4. Kemungkinan individu untuk menerima informasi atau gagasan baru akan meningkat bila informasi tersebut sejalan dengan sikap yang telah ada.

Kotler dan Roberto (1989) juga memberikan pendapat mereka tentang faktor-faktor yang menyebabkan sebuah program kampanye mengalami kegagalan, yaitu :

1. Program-program kampanye tersebut tidak menetapkan khalayak sasarannya secara tepat.

2. Pesan-pesan pada kampanye yang gagal umumnya juga tidak cukup mampu memotivasi khalayak untuk menerima dan menerapkan gagasan yang diterima.

3. Pesan-pesan tersebut juga tidak memberikan semacam "petunjuk" bagaimana khalayak harus mengambil tindakan yang diperlukan.

4. Kegagalan pada sebuah program kampanye yang berorientasi perubahan sosial juga dapat terjadi karena pelaku kampanye terlalu mengandalkan media massa tanpa menindaklanjuti dengan komunikasi antarpribadi.

5. Sebuah kampanye dapat gagal mungkin hanya karena anggaran untuk membiayai program tersebut tidak memadai.

Faktor-Faktor Penunjang Keberhasilan Kampanye

1. Temuan Lazarsfeld, Merton, dan Wallack

Wallack adalah peneliti yang datang kemudian, yang berupaya menyempurnakan temuan-temuan kedua tokoh ilmu komunikasi tersebut. Temuan ketiga ilmuwan tersebut meliputi lima hal, yaitu :

  • Monopolization atau monopolisasi yang diartikan sebagai penguasaan penuh sebuah program kampanye terhadap media komunikasi yang ada.
  • Canalization yang diartikan sebagai penyaluran lebih lanjut dari perilaku atau sikap yang telah ada kepada sasaran baru yang masih searah.
  • Supplementation Lazarsfeld dan Merton meyakini bahwa kampanye perubahan sosial akan sukses bila pesan-pesan media massa ditindaklanjuti dengan komunikasi antarpribadi. Suplementasi akan terjadi bila pesan-pesan kampanye yang disebarkan lewat media massa didukung oleh pesan-pesan lain yang disampaikan lewat berbagai saluran komunikasi lainnya, terutama saluran antarpribadi.
  • Making personal connection istilah ini dapat diartikan sebagai upaya pelaku kampanye untuk mengaitkan pesan-pesan yang dibuat dengan karakteristik dan dunia pengalaman keseharian khalayak.
  • Creation of new opinions atau penciptaan pendapat-pendapat baru merupakan unsur kesuksesan kampanye lainnya. Asumsi yang mendasari konsep ini adalah bahwa lebih mudah untuk memperkenalkan pendapat dan keyakinan-keyakinan baru daripada mengubah yang sudah ada.

2. Temuan Rogers dan Storey

Rogers dan Storey (1987) menyimpulkan bahwa suksesnya sebuah kampanye biasanya ditandai oleh empat hal:

1. Penerapan pendekatan yang bersifat strategis dalam menganalisis khalayak sasaran kampanye

2. Pesan-pesan kampanye dirancang secara segmentatif sesuai dengan jenis-jenis khalayak yang dihadapi

3. Penetapan tujuan yang realistis

4. Kampanye lewat media akan lebih mudah meraih keberhasilan bila disertai dengan penyebaran personel kampanye untuk menindaklanjuti secara interpersonal

3. Temuan Snyder

Ada tiga faktor lainnya yang juga perlu mendapat perhatian agar suatu program kampanye dapat berhasil, yakni: objek kampanye (sifat gagasan sosial, produk, atau kandidat politik), kesiapan khalayak dan lingkungannya, serta tindakan lanjutan (follow up).

Terkait tindakan follow up. Konsep ini sebenarnya hampir serupa dengan konsep komunikasi antarpribadi menurut Merton dkk, atau gagasan penyebaran personel kampanye dari Rogers dan Storey. Bedanya Snyder menyarankan tindak lanjut tersebut dalam konteks yang lebih luas.

4. Temuan Rice dan Atkin

Menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang secara nyata memberikan kontribusi pada keberhasilan kampanye meliputi:

1. Peran media massa

2. Peran komunikasi antarpribadi

3. Karakteristik sumber dan media

4. Evaluasi formatif

5. Himbauan pesan

6. Perilaku preventif

7. Kesesuaian waktu, aksesibilitas, dan kecocokan

5. Temuan Schenk dan Dobler

Schenk dan Dobler menyetujui sepenuhnya berbagai faktor penunjang keberhasilan kampanye yang disampaikan Lazarsfeld, dkk. (Perloff, 1993) serta temuan Rogers dan Storey (1987). Namun, menurut Schenk dan Dobler, dari berbagai faktor yang ada, peran pemuka pendapat menempati posisi yang sangat sentral.

6. Temuan Richard M. Perloff

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan Perloff (2017) sepanjang lima belas tahun terakhir, ditemukan beberapa hasil penelitian mutakhir yang berkaitan dengan berbagai faktor yang dapat meningkatkan keefektifan kampanye, di antaranya:

1. Memahami khalayak dan desain pesan sesuai karakteristik khalayak

2. Pesan harus diarahkan sesuai karakteristik budaya dari sub kategori khalayak sasaran

3. Sempurnakan pesan dengan relevan, kuat, dan punya daya tarik yang tinggi

4. Lakukan upaya pemanfaatan media secara maksimal

5. Lengkapi materi yang disampaikan lewat media dengan kontak dan partisipasi komunitas

6. Pada prinsipnya, lebih mudah mendorong pengadopsian perilaku baru daripada mengubah perilaku yang rusak atau disungsional

7. Gunakan pendekatan norma sosial dalam mendorong perilaku yang sesuai

8. Dorong khalayak untuk mengelaborasi pesan dengan memberikan lebih banyak sumber informasi yang dapat ditelusuri dan dikonfirmasi

9. Konsentrasilah pada membangun kesadaran

10. Bersikaplah fleksibel

7. Pendapat Mendelsohn

Pendapat Mendelshon tentang kampanye yang sukses pada mulanya dimaksudkansebagai reaksi terhadap pendapat Hyman dan Sheatley, yang menyatakan bahwa kegagalan kampanye umumnya terjadi karena adanya sejumlah besar khalayak yang tidak peduli pesan-pesan yang ditujukan pada mereka. Menurut mendelshon ini pernyataan yang salah. Kita tidak dapat menyalahkan khalayak karena mereka tidak terpengaruh oleh program kampanye.

Menurut Mendelsohn, kampanye komunikasi dapat sukses jika pelaku kampanye juga memperhitungkan tiga hal berikut (Windahl, Signitzer & Olson, 1992) :

1. Kampanye seharusnya menetapkan tujuan yang realistis sesuai situasi masalah dan sumber daya yang tersedia

2. Semata-mata menyampaikan pesan kampanye melalui media massa tidaklah cukup

3. Perencana kampanye harus mengetahui publik yang mereka hadapi secara memadai

Jumat, 10 Juni 2022

PERSUASI: LANDASAN PRAKTIK KAMPANYE

 

Pertemuan Kedelapan Mata Kuliah

Perencanaan Kampanye Komunikasi

 

Hai,,hai it’s Fika😊😊

Welcome back🙌🙌

Pada pertemuan kali ini, mata kuliah perencanaan kampanye komunikasi membahas tentang “Persuasi: Landasan Praktik Kampanye”.

Kampanye dibedakan menjadi dua aspek, yang pertama menyoroti bagaimana cara kampanye dilakukan dan yang kedua memfokuskan pada tujuan yang akan dicapai oleh suatu kegiatan kampanye. Perbedaan kedua menekankan aspek tujuan kampanye, membagi kampanye dalam kampanye informatif dan persuasive. Suatu kampanye dikatakan informatif apabila bertujuan memberikan informasi, melakukan perubahan pada tataran kognitif, menggugah kesadaran khalayak tentang isu tertentu.

Sedangkan, kampanye persuasif ditandai oleh tujuannya yang bersifat mengajak dan menganjurkan perubahan tataran efektif dan behavioral. Jadi perbedaannya hanya pada aspek tujuan langsung kampanye yang dilihat dari sisi pelakunya.

Persuasi sebagai Titik Tolak Kampanye

Meski inti kampanye adalah persuasi, namun tindakan persuasif dalam kampanye berbeda dengan tindakan persuasive perorangan. Sekurang-kurangnya ada empat aspek dalam kegiatan kampanye persuasive yang tidak dimilki tindakan persuasive perorangan yakni:

a. Kampanye secara sistematis berupaya menciptakan “tempat” tertentu dalam pikiran khalayak tentang produk, kandidat atau gagasan yang disodorkan

b. Kampanye berlangsung dalam berbagai tahapan mulai dari menarik perhatian khalayak, menyiapkan khalayak untuk bertindak, hingga akhirnya mengajak mereka melakukan tindakan nyata.

c. Kampanye juga mendramatisasi gagasan-gagasan yang disampaikan pada khalayak dan mengundang mereka untuk terlibat baik secara simbolis maupun praktis, guna mencapai tujuan kampanye.

d. Kampanye juga secara nyata menggunakan kekuatan media massa dalam upaya menggugah kesadaran hingga mengubah perilaku khalayak.

Pace, Peterson dan Burnett (1979) mendefinisikan persuasi sebagai “tindakan komunikasi yang bertujuan untuk membuat komunikan mengadopsi pandangan komunikator mengenai suatu hal atau melakukan suatu tindakan tertentu. Johnston (1994) memberikan definisi yang lebih spesifik dengan menyatakan bahwa “persuasi adalah proses transaksional diantara dua orang atau lebih dimana terjadi upaya merekonstruksi realitas melalui pertukaran makna simbolis yang kemudian menghasilkan perubahan kepercayaan, sikap dan atau perilaku secara sukarela”. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persuasi pada prinsipnya adalah setiap tindakan komunikasi yang ditujukan untuk mengubah atau memperteguh sikap, kepercayaan, dan perilaku khalayak secara sukarela sehingga sejalan dengan apa yang diharapkan komunikator.

Teori Persuasi dalam Praktik Kampanye

1. Model Keyakinan Kesehatan (Health Belief Model)

Model keyakinan kesehatan menjelaskan kondisi-kondisi yang sangat diperlukan bagi terjadinya suatu perubahan perilaku. Meski terlihat mengkhususkan diri pada perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, model ini dapat digunakan untuk mengalaisis berbagai pemikiran yang harus ditumbuhkan dalam diri khalayak melalui pesan-pesan kampanye agar menjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang diinginkan.

Menurut model ini, manusia akan mengambil tindakan untuk mencegah, menyaring, dan mengontrol berbagai kondisi dirinya, dalam hal ini adalah penyakit, dengan berdasarkan kepada faktor-faktor berikut :

1. Persepsi akan kelemahan

2. Persepsi risiko

3. Persepsi akan keuntungan

4. Persepsi akan rintangan

5. Isyarat-isyarat untuk bertindak

6. Kemampuan diri

2. Teori Difusi Inovasi (Diffusion of Innovation)

Teori difusi inovasi menjelaskan bagaimana inovasi-inovasi tertentu berkembang dan diadopsi oleh masyarakat. Teori ini berguna dalam menganalisis kolaborasi yang tepat antara penggunaan komunikasi massa dan komunikasi antarpribadi untuk membuat masyarakat mengadopsi suatu produk, perilaku atau ide tertentu yang dianggap baru (inovasi).

Kolaborasi antara media massa dan kontak antarpribadi akan sangat membantu individu dalam membuat keputusan untuk menerima atau menolak. Pada dasarnya, keputusan tersebut sangat dipengaruhi oleh pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Apakah inovasi tersebut lebih baik daripada apa yang selama ini dipercaya atau digunakan?

2. Apakah inovasi tersebut mudah untuk dipahami dan digunakan?

3. Apakah orang lain dalam kelompok utama menggunakan inovasi tersebut? Bagaimana pengalaman mereka selama mengadopsi inovasi tersebut?

4. Apakah inovasi tersebut sesuai dengan norma-norma sosial yang dianut masyarakat serta gambaran diri individu tersebut?

5. Apakah ada kemungkinan untuk mencoba inovasi tersebut terlebih dahulu sebelum benar-benar mengadopsinya?

6. Seberapa besar komitmen yang diperlukan untuk menggunakan inovasi?

7. Seberapa besar risiko yang akan muncul berkaitan dengan adopsi inovasi tersebut?

3. Teori Perilaku Terencana

Teori perilaku terencana menjelaskan bahwa faktor utama yang menentukan terbentuknya suatu perilaku adalah tujuan perilaku itu sendiri. Suatu perilaku tidak terbentuk begitu saja tanpa adanya perencanaan atau kesadaran seseorang akan tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tersebut. Kesadaran akan tujuan tertentu dapat membawa individu untuk membuat rencana membentuk sebuah perilaku dalam suatu situasi tertentu.

Pada dasarnya, tujuan sebuah perilaku ditentukan oleh faktor-faktor berikut :

1. Sikap terhadap perilaku

2. Norma subjektif yang berhubungan dengan perilaku

3. Persepsi terhadap pengawasan perilaku

4. Teori Disonansi Kognitif

Teori yang diungkapkan oleh Leon Festinger pada 1957 ini mengemukakan bahwa keyakinan seseorang dapat berubah pada saat mereka sedang berada pada situasi konflik. Ini dapat terjadi karena pada dasarnya manusia didorong oleh keinginan untuk selalu berada dalam suatu keadaan psikologis yang seimbang (konsonan).

Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi besarnya disonansi yang dirasakan orang, yaitu :

1. Derajat kepentingan atau seberapa penting isu tertentu bagi orang tersebut

2. Besarnya perbandingan disonansi atau kesadaran disonansi seorang manusia yang berhubungan dengan jumlah kesadaran konsonan yang dimilikinya

3. Dasar pemikiran bahwa orang dapat memerintahkan untuk membenarkan inkonsistensi. Ini berangkat dari alasan yang digunakan untuk menjelaskan mengapa inkonsistesi bisa terjadi.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengurangi disonansi, antara lain :

1. Mengubah kognisi

2. Menambah kognisi

3. Mengubah atau mengganti kepentingan

4. Membuat misinterpretasi informasi

5. Mencari informasi pembenaran

5. Teori Tahapan Perubahan (Stages of Change Theory)

Teori yang biasa disebut juga dengan transtheoretical model akan sangan membantu dalam menganalisis jenis khalayak sera membuat pesan-pesan yang sesuai untuk setiap jenis khalayak. Teori ini menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui seorang individu dalam rangka mengadopsi sebuah perilaku. Ada lima tahap yang akan dilalui seorang individu, yaitu :

1. Praperenungan

2. Perenungan

3. Persiapan

4. Tindakan

5. Pemeliharaan

6. Teori Pembelajaran Kognitif Sosial (Social Cognitive Learning Theory)

Teori pembelajaran kognitif sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa perubahan perilaku sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam diri individu dan lingkungannya. Sebagaimana diungkapkan pada teori perilaku terencana, individu akan termotivasi untuk bertindak jika ia percaya bahwa nilai positif yang diharapkan dari perilaku tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai negatifnya

7. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgement Theory)

Teori pertimbangan sosial yang dikemukakan oleh Muzafer Sherif, Carolyn Sherif dan Nebergall (1965) merupakan teori yang memprediksi argumen-argumen yang akan diterima serta ditolak oleh khalayak. Menurut teori ini, manusia tidak membuat penilaian terhadap sebuah pesan secara murni berdasarkan manfaat yang dimaksud dalam pesan tersebut. Manusia selalu membandingkan sesuatu yang dianjurkan dalam sebuah pesan dengan sikap awal mereka. Sikap awal mereka kemudian akan dijadikan sebagai titik pedoman dalam menilai sesuatu, yang kemudian akan menentukan apakah mereka menerima anjuran tersebut atau tidak.

Strategi Persuasi untuk Praktik Kampanye

Teori-teori persuasi dapat membantu mengidentifikasi proses-proses yang terjadi ketika pesan-pesan kampanye diarahkan untuk memengaruhi sikap dan perilaku khalayak. Teori-teori tersebut juga dapat memperkaya pemahaman mengenai tahapan efek yang akan dimunculkan dalam sebuah kegiatan kampanye. Bertolak dari teori-teori tersebut, Perloff (1993) menyarankan beberapa strategi persuasi yang dapat digunakan dalam praktik kampanye, yaitu :

1. Pilihlah komunikator yang terpercaya

2. Kemaslah pesan sesuai keyakinan khalayak

3. Munculkan kekuatan diri khalayak

4. Ajak khalayak untuk berpikir

5. Gunakan strategi pelibatan

6. Gunakan strategi pembangunan inkonsistensi

7. Bangun resistansi khalayak terhadap pesan negatif

Resistansi terhadap Upaya Persuasi

Semua orang memiliki potensi untuk melakukan perlawanan terhadap berbagai pesan yang berusaha untuk memengaruhi. Manusia menyandarkan dirinya pada suatu keyakinan untuk dapat mengontrol berbagai pesan yang berusaha memengaruhi dirinya, baik dari sisi kognitif, afektif, maupun konatif.

Jack Brehm (Perloff, 1993) adalah salah seorang ahli yang menelaah secara langsung kecenderungan manusia untuk resistan terhadap perubahan. Penelitian tesebut dituangkannya ke dalam teori reaksi psikologis yang memberikan penjelasan berguna mengenai kecenderungan universal manusia untuk melawan upaya perubahan.

Reaksi psikologis terjadi ketika seseorang termotivasi untuk "memberontak" saat kebebasannya untuk memilih tindakan-tindakan tertentu diancam dengan persuasi. Akibatnya, bukan kerelaan yang muncul, melainkan kebulatan tekad yang akan membawa kekebalan terhadap persuasi.

Resistansi terhadap suatu pesan dapat ditunjukkan oleh seseorang dengan berbagai cara. Namun, pada dasarnya ada dua jenis resistansi, yaitu resistansi destruktif dan resistansi konstruktif. Resistansi destruktif ditunjukkan dengan perilaku ketidaksetujuan yang negatif, bahkan cenderung memberontak terhadap seseuatu yang sebenarnya tidak boleh ditolak. Sementara resistansi konstruktif adalah sebuah penolakan terhadap suatu pengaruh yang berlawanan dengan norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Strategi Persuasi untuk Praktik Kampanye

1. Pilihlah Komunikator yang terpercaya Kredibiltas adalah persepsi yang dimiliki khalayak tentang komunikator. Ia merupakan kerangka perseptual khalayak tentang komunikatordan bukan karakteristik komunikator itu sendiri (Hovland dalam Larson 1953). Karenanya kredibiltas yang dimiliki komunikator harus disesuaikan dengan khalayak yang akan dituju.

2. Kemaslah pesan sesuai dengan keyakinan khalayak Fishbein dan Ajzen (Perloff, 1993) mengatakan bahwa pesan akan dapat mempunyai pengaruh yang besar untuk mengubah perilaku khalayak jika dikemas sesuai dengan kepercayaan yang ada pada diri khalayak.

3. Munculkan kekuatan diri khalayak

4. Ajak khalayak untuk berpikir

5. Gunakan strategi pelibatan

6. Gunakan strategi pembangunan inkonsistensi

7. Bangun resistansi khalayak terhadap pesan negative

Terima kasih, sampai ketemu dimateri selanjutnya😊🙌

Rabu, 08 Juni 2022

MODEL - MODEL KAMPANYE

 

Pertemuan Ketujuh Mata Kuliah

Perencanaan Kampanye Komunikasi

Hallo guys, welcome back😊😊

Pada pertemuan mata kuliah perencanaan kampanye komunikasi kali ini membahas tentang “Model-Model Kampanye” dari buku manajemen kampanye karya Antar Venus.

Sebelum membahas tentang model-model kampanye, saya akan memberikan pengertian tentang kampanye. Kampanye adalah sebuah kegiatan komunikasi yang bersifat kompleks dan beraneka segi (multifaceted). Untuk memahami bagaimana proses berlangsungnya aktivitas kampanye, diperlukan model yang secara deskriptif akan menggambarkan kesalingketerkaitan antara berbagai aspek yang menjadi bagian dan alur dari praktik kampanye.

Definisi dan Arti Penting Kampanye

Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut (Mulyana, 2000).

  • Model Komponensial Kampanye (Componential Campaign Model)

Model ini digagas oleh berbagai ahli kampanye dengan menggunakan kerangka kerja lasswell (Lasswellian Framework) sebagai acuannya. Model ini mengambil komonen-komponen pokok yang terdapat dalam suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan kampanye. Unsur-unsur yang terdapat dalam di dalamnya meliputi sumber kampanye, saluran, pesan, penerima kampanye, efek, umpan balik, dan gangguan. Unsur-unsur tersebut harus dipandang sebagi suatu kesatuan mensdeskripsikan dinamika proses kampanye.

  • Model Pengaruh Kampanye

Model yang dalam bahasa aslinya dinamai model of campaign influence process, memiliki kedekatan konseptual dengan model komponensial kampanye. Penggagas model ini tidak diketahui pasti. Umumnya, ahli kampanye mengaitkan model ini dengan Denis McQuail, seorang ahli komunikasi massa berkebangsaan Belanda. Model ini menekankan aspek proses pelaksanaan kampanye dengan fokus pada capaian efek.

Menurut model ini, strategi kampanye harus mempertimbangkan enam aspek yang sangat menentukan keberhasilan kampanye, yaitu aspek sumber atau penyelenggara kampanye, aspek saluran, aspek pesan kampanye, aspek perangkat penyaringan, aspek variable public react, dan aspek efek kampanye.

  • Model Kampanye Ostergaard

Model ini dikembangkan oleh Leon Ostergaard, seorang teoretikus dan praktisi kampanye kawakan dari Jerman (Klingemann, 2002). Model yang diciptakannya ini tidak muncul dari atas meja, tetapi dari pengalaman praktik lapangan. Di antara berbagai model kampanye yang ada, model ini dianggap yang paling pekat sentuhan ilmiahnya. Hal ini bisa dilihat dari kata-kata kunci yang digunakan di dalamnya.

Menurut Ostergaard, sebuah rancangan program kampanye untuk perubahan sosial yang tidak didukung oleh temuan-temuan ilmiah tidak layak untuk dilaksanakan. Karena program semacam itu tidak akan menimbulkan efek apapun dalam menganggulangi masalah sosial yang dihadapi.

  • The Five Functional Stages Development Model

Model ini dikembangkan oleh tim peneliti dan praktisi kampanye di Yale University AS pada awal 1960-an (Larson, 1993). Model ini dianggap yang paling populer dan banyak diterapkan di berbagai belahan dunia.

Pada model ini digambarkan bagaimana tahapan kegiatan kampanye harus dilalui sebelum akhirnya kegiatan tersebut berhasil atau gagal mencapai tujuannya.

Tahap identifikasi merupakan tahap penciptaan identitas kampanuye yang dengan mudah dapat dikenali oleh khalayak.

Tahap kedua adalah legitimasi. Dalam kampanye politik, legitimasi diperoleh, misalnya ketika seseorang telah masuk daftar calon anggota legislatif atau seorang calon presiden memperoleh dukungan kuat dalam polling yang dilakukan lembaga independen.

Tahap ketiga adalah partisipasi. Tahap ini dalam praktiknya relatif sulit untuk dibedakan dengan tahap legitimasi karena ketika seorang kandidat, produk, atau gagasan mendapatkan legitimasi, pada saat yang sama dukungan yang bersifat partisipatif mengalir dari khalayak.

Tahap keempat adalah tahap penetrasi. Pada tahap ini, seorang kandidat, sebuah produk, atau sebuah gagasan telah hadir dan mendapat tempat di hati masyarakat.

Tahap terakhir adalah tahap distribusi. Pada tahap ini, tujuan kampanye pada umumnya telah tercapai.

  • The Communicative Functions Model

Judith Trent dan Robert Friedenberg adalah praktisi sekaligus pengamat kampanye politik di Amerika Serikat. Dalam bukunya yang berjudul Political Campaign Communication, mereka merumuskan sebuah model kampanye yang dikonstruksi dari lingkungan politik. Sebagaimana model yang dikembangan Tim Yale University, model ini juga memusatkan analisisnya pada tahapan kegiatan kampanye.

  • Model Kampanye Nowak dan Warneryd

Menurut McQuail & Windahl (1993), model kampanye Nowak dan Warneryd merupakan salah satu contoh model kampanye tradisional. Pada model ini, proses kampanye dimulai dari tujuan yang hendak dicapai dan diakhiri dengan efek yang diperoleh.

Pada model Nowak dan Warneryd, terdapat delapan elemen kampanye yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Intended Effect (efek yang diharapkan)

2. Competing Communication (persaingan komunikasi)

3. Communication Object (objek komunikasi)

4. Target Population & Receiving Group (populasi target dan kelompok penerima)

5. The Channel (saluran)

6. The Message (pesan)

7. The Communicator/Sender (komunikator/pengirim pesan)

8. The Obtained Effect (efek yang dicapai)

  • The Diffusion of Innovation Model

Model ini umumnya diterapkan dalam kampanye periklanan dan kampanye yang berorientasi pada perubahan sosial. Penggagasnya adalah ilmuan komunikasi ternama, Everett M. Rogers. Dalam model ini, Rogers menggambarkan adanya empat tahap yang akan terjadi ketika proses kampanye berlangsung. (Larson, 1993). Empat tahap tersebut adalah tahap informasi, persuasi, membuat keputusan untuk mencoba dan tahap konfirmasi atau reevaluasi.

  • Model Kampanye Komunikasi Kesehatan Strategis

Model ini muncul dari praktik komunikasi kesehatan, khususnya yang berfokus pada promosi kesehatan, yakni tindakan komunikasi yang dirancang untuk memengaruhi khalayak dalam menerima dan menjalani pola hidup sehat. Model ini dikemukakan oleh E.W. Maibach, G.L. Kreps, dan E.W. Bonaguro pada 1993, dikembangkan dari hasil riset mereka dalam kampanye pencegahan HIV/AIDS di Amerika Serikat.

  • Model Komponen dan Tahapan Kampanye Simon

Model ini dikemukakan pakar kampanye Amerika, Hibert Simon. Dalam model ini, Simon secara terperinci menjelaskan tahapan serta aspek-aspek yang umumnya hadir dalam aktivitas kampanye (Raymond S. Ross, 2001).

Dalam model ini, Simon membagi tahapan kampanye menjadi lima bagian, antara lain planning, mobilization, legitimation, promotion dan activation.

  • Model Manajemen Kampanye (Campaign Management Model)

Penulis mengonstruksi model ini pada 2015 (Venus, 2015) setelah memadukan hasil-hasil riset kampanye kuantitatif dan kualitatif secara kumulatif teori-teori kampanye, terutama yang digagas oleh Kami J. Silk (Littlejohn, 2009), dan akumulasi pengalaman model ini dapat disebut sebagai model integratif yuang memadukan pendekatan teoritis dan praktis. Penulis menyebut model ini sebagai model manajemen kampanye karena di dalamnya terkandung lima elemen manajemen yang penting, yakni perencanaan, pengembangan, implementasi, monitoring, dan evaliasi (PPIME). Dalam model PPIME, kita akan melihat bagaimana teori-teori diterapkan secara praktis dalam praktik kampanye.

Nah, itu dia model-model kampanye menurut buku Manajemen Kampanye karya Antar Venus. Sampai jumpa dipertemuan selanjutnya😊🙌

Kamis, 26 Mei 2022

PERSIAPAN ANGGARAN DAN PELAKSANAAN KAMPANYE

 

Pertemuan Keenam Mata Kuliah

Perencanaan Kampanye Komunikasi

 

Hallo guys….

Pada pertemuan keenam mata kuliah perencanaan kampanye komunikasi membahas tentang “Persiapan Anggaran dan Pelaksanaan Kampanye”.

Peran Penting Perencanaan Anggaran

  • Menganalisis alternatif yang mungkin dilakukan dengan jumlah dana yang ada
  • Membandingkan dengan kampanye lain yang memiliki sumber daya yang sama
  • Membuat dana selalu terkontrol dalam administrasi yang jelas
  • Mengukur produktifitas kerja dengn mengaitkan biaya dan hasil yang diperoleh
  • Mengukur keefektifan biaya berkaitan dengan pencapaian tujuan kampanye secara keseluruhan

Menyusun Anggaran Dana

Pendekatan yang digunakan untuk membuat keputusan alokasi dana (Weilbacher dalam Simon, 1990)

Arbitrary Metods

Pengalokasian dana bergantung pada apa yang diputuskan oleh pimpinan organisasi. Pendekatan ini dapat dilakukan bila dana sudah disediakan dan tidak perlu lagi dicari

Rule-of Thumb Methods

Membagi pembahasan pada tiga term yang saling berhubungan, yaitu presentasi pendapatan organisasi, pengeluaran yang ditetapkan untuk setiap unit, metode pelaksanaan tugas agar hasil yang diperoleh sesuai dengan dana yang dikeluarkan

Market experience Methods

Dana dialokasikan dengan menyistematiskan umpan balik dari aktivitas kampanye. Umpan balik tersebut diperoleh dengan cara proyeksi dan pengujian pasar

Theoritical Methods

Yaitu memasukan model statistic yang dibuat berdasarkan data yang diperoleh melalui pengalaman sebenarnya. Statistik menunjukkan hubungan “jika X dikeluarkan maka hasil yang akan diperoleh adalah Y” mrtode ini perlu dilakukan penelitian yang mendalam agar hasilnya tidak meleset.

Kategori Pengalokasian Dana (Simmons, 1990)

  • Personel inti (Key Personel)
  • Temporary employees
  • Tenaga Kontrak
  • Tunjangan tambahan
  • Jasa produksi
  • Jasa pemeliharaan
  • Materi daur ulang (Disposable materials)
  • Benda-benda modal (Capital)
  • Biaya Media
  • Biaya distribusi
  • Biaya Transportasi
  • Biaya Komunikasi
  • Sewa tempat
  • Entertaiment
  • Biaya tak terduga

Strategi Pengumpulan Dana Kampanye

  • Motivasi yang dimiliki para contributor dalam memberikan bantuan.
  • Hubungan secara personal antara contributor dan tokoh atau public figure kampanye, hubungan tersebut bisa berupa hubungan persaudaraan atau teman.
  • Ketertarikan contributor karena sependapat serta mendukung kebijakan atau isu dalam program kampanye, ketertarikan ini membuat contributor sukarela mengeluarkan dana.
  • Penghargaan contributor terhadap apa yang telah dilakukan tokoh atau Lembaga, hal ini karena contributor merasa puas terhadap apa yang dilakukan oleh tokoh atau Lembaga pada waktu lalu.
  • Diminta oleh pihak lain diluar tim kampanye. Pihak lain atau pihak ketiga tidak berkaitan secara langsung dengan tim kampanye, namun sangat mendukung isu atau tokoh kampanye. Biasanya pihak lain mempunyai hubungan yang dekat dengan contributor sehingga permintaannya diperhatikan atau dikabulkan oleh contributor.

Alasan yang Membuat tidak Memberikan Bantuan

  1. Merasa tidak diminta
  2. Tidak mengetahui jumlah yang perlu dibantu
  3. Tidak mengetahui cara memberikan bantuan

4 elemen utama yang hars dicantumkan dalam rencana pengumpulan dana (shea, 1996)

  1. Besarnya dana yang diperlukan
  2. Waktu diperlukannya dana
  3. Pihak-pihak yang berpotensi menjadi contributor
  4. Taktik pengumpulan dana
Taktik yang Dipergunakan untuk Memperoleh Dana

       Personal Solicitation (one to one solicitation)

Adalah taktik pengumpulan dana secara langsung oleh tokoh atau Lembaga yang melaksanakan kampanye kepada contributor. Cara ini adalah yang paling termurah karena tidak diperlukan media. Taktik yang paling efektif, karena umpan balik dari contributor langsung diterima. Taktik ini membuat contributor secara personal merasa dihargai dan dibutuhkan serta dapat menjadi motivasi baginya untuk membantu.

Group Solicitation

Hampir sama dengan takik sebelumnya namun perbedaannya kalau sebelumnya melakukan pendekatan kepada contributor personal, kalau taktik ini dilakukan pada kelompok atau organisasi. Biasanya kelompok atau organisasi ini memberikan dana akan disebutkan pada berbagai kegiatan atau siaran kampanye, disebut juga sponsorship

Direct Mail

Permintaan bantuan dana melalui perantara pos yang dialamtkan kepada orang atau organisasi. Pesan direct mail, dapat dibuat bervariasi sesuai dengan karakteristik pihak yang akan dituju. Bahkan isi pesan dapat dibuat personal

Event

Merupakan salah satu taktik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan dana, contohnya konser music, tur Bersama, pagelaran drama. Event kecil seperti, pesta kebun, makan malam, coffe break. Event dapat menjadi sarana yang baik untuk membuat contributor mempunyai ikatan hati untuk memberikan bantuan kembali pada program-program kampanye yang akan dating.

Telemarketing

Fungsi utamanya untuk meyakinkan contributor agar berpartisipasi dana, selain itu telemarketing dapat digunakan untuk mengingatkan dan memanggil kembali contributor yang sebelumnya pernah memberikan bantuan

Permintaan dari Rumah ke Rumah

Pengumpulan dana dilakukan dengan cara mengunjungi keluaga atau rumah contributor satu persatu dan memingta bantuan dana dari keluarga tersebut. Sebaiknya cara ini dilakukan untuk kampanye ang bersifat sosialyang ditunjukkan untuk masyarakat umum secara keseluruhan.

Friends of friends

Merupakan pengumpulan dana berantai dari satu orang kepada teman-temannya. Kontributor yang memberikan bantuan diminta untuk menyebarkan kepada sejumlah orang tertentu untuk melakukan kontribusi yang sama seperti dirinya.

Agar dilakukan maksimal hendaknya diberikan pamphlet atau brosur sejumlah teman yang akan dihubunginya. Dapat diberikan souvenir.

Penjualan souvenir kampanye

Banyak kampanye yang mempunyai mascot atau logo yang unik, bahkan pesan yang menarik. Untuk mendatangkan dana desain logo tersebut menjadi sesuatu yang menarik.

Realisasi Unsur-Unsur Pokok Kampanye

  • Perekrutan
  • Mengontruksi Pesan
  • Menyeleksi Penyampaian Pesan
  • Menyeleksi Saluran Kampanye
  • Menguji Coba Kampanye
  • Tindakan Kampanye dan Monotoring Pelaksana

Rabu, 25 Mei 2022

PERENCANAAN KAMPANYE

Pertemuan Kelima Mata Kuliah

Perencanaan Kampanye Komunikasi

 

Hollaaa guys, welcome back🙌🙌

Pada pertemuan kelima mata kuliah perencanaan kampanye komunikasi membahas tentang “Perencanaan Kampanye”. Pembelajaran mata kuliah perencanaan kampanye komunikasi kali ini menggunakan media virtual class.

Apa itu perencanaan?

Menurut Sweeney (Shea,1996) perencanaan adalah peta perjalanan kampanye, yang mempunyai fungsi utama untuk menciptakan keteraturan dan kejelasan arah tindakan.

Selain itu, ada beberapa alasan kenapa perencanaan kampanye harus dilakukan (Gregory, 2000; Simmons, 1990).

  1.  Memfokuskan usaha
  2. Mengembangkan sudut pandang
  3. Meminimalisasi kegagalan
  4. Mengurangi konflik
  5. Memperlancar kerja sama dengan pihak lain

Analisis Masalah

Analisis masalah harus dilakukan dengan terstruktur dan objektif. Ada dua jenis analisis yang digunakan:

Analisis PEST (Political, Economic, Social, Technology)

  • Area politik mencakup berbagai peraturan pemerintah yang berhubungan dengan program dan pesan kampanye, serta kondisi politik suatu pemerintahan.
  • Area ekonomi meliputi kondisi nilai tukar mata uang inflasi, keadaan ekonomi dunia, serta harga berbagai sumber daya.
  • Area sosial mencakup analisis mengenai biaya hidup, tingkat Pendidikan, pola hidup, perilaku sosial, serta perkembangan populasi.
  • Area teknologi meliputi berbagai perubahan teknologi yang berkaitan dengan program kampanye.

Analisis SWOT (Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (Kesempatan), Threatness (tantangan)

  • Strenghts dan Opportunities pertimbangan positif yang mendukung terlaksananya program kampanye.
  • Weakness dan Threat dikelompokan pada kondisi-kondisi negative yang harus dihadapi ketika kampanye.

Penyusunan Tujuan

Tujuan kampanye harus disusun dan dituangkan dalam bentuk tertulis serta bersifat realistis. Tujuan yang dapat dicapai dengan kampanye diantaranya:

  1. Menyampaikan sebuah pemahaman baru
  2. Memperbaiki kesalahan
  3. Menciptakan kesadaran
  4. Mengembangkan pengetahuan tertentu
  5. Menghilangkan prasangka
  6. Menganjurkan sebuah kepercayaan
  7. Menginformasikan sebuah persepsi
  8. Mengajak audiens melakukan tindakan tertentu

Aturan yang Mempermudah Penyusunan Tujuan Kampanye (Gregory, 2002):

  1. Susunlah tujuan kampanye
  2. Susun tujuan seksama dan spesifik
  3. Susun tujuan yang memungkinkan untuk dicapai
  4. Kuantifikasi semaksimal mungkin
  5. Pertimbangkan anggaran
  6. Susun tujuan berdasarkan skala prioritas

Tujuan kampanye dapat dibuat setinggi mungkin, namun ada batasan internal (meliputi pertanyaan siapa yang akan melaksanakan, biaya yang tersedia, kapan tujuan tersebut ingin dicapai, siapa pembuat keputusan, adakah sumber daya yang mempermudah pencapaian tujuan) lalu ada batasan eksternal (meliputi siapa yang ingin diraih, bagaimana perbedaan budaya yang mungkin ada, adakah infrastruktur yang mendukung, analisis waktu secara keseluruhan)

Identifikasi dan Segmentasi

Identifikasi dan segmentasi sasaran dilakukan dengan melihat karakteristik publik secara keseluruhan, kemudian dipilih yang mana yang akan menjadi sasaran. Untuk mempermudah proses identifikasi dan segmentasi sasaran perlu pelampisan sasaran.

Menurut Grunig (Gregory, 2000) membagi public menjadi tiga:

  • Latent Public, kelompok yang menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan isu kampanye namun tidak menyadarinya.
  • Aware public, kelompok yang menyadari bahwa permasalahan tersebut ada.
  • Active public, yaitu kelompok yang mau bertindak sehubungan dengan permasalahan tersebut.

Perencanaan Pesan

Pada tahap perencanaan pesan yang dilakukan pertama kali pembuatan tema kampanye (ide utama), pengelolaan pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat. Ada 4 tahap yang perlu dilakukan dalam merencanakan pesan dan menurunkannya dari tema kampanye:

  1. Mengambil persepsi yang berkembang di masyarakat berkenaan dengan isu atau produk yang akan dikampanyekan.
  2. Mencari celah dimana kita bisa masuk dan mengubah persepsi.
  3. Melakukan identifikasi elemen-elemen persuasi. Kita bisa menggunakan jalur utama maupun jalur alternatif.
  4. Meyakinkan bahwa pesan sudah layak untuk disampaikan dalam program kampanye, uji coba dilakukan dengan menggunakan pemilihan sample dari populasi yang kita tuju.

Strategi dan Taktik

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang akan diterapkan dalam kampanye. Dibuat berdasarkan analisis masalah dan tujuan yang telah ditetapkan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penetapan strategi dan taktik agar kampanye dapat berjalan efektif.

  1. Gunakan strategi sebagai pembimbing lahirnya ide-ide cerdas untuk taktik
  2. Jauhi semua taktik yang bersifat non strategis
  3. Selalu hubungkan taktik pada strategi dan strategi pada tujuan
  4. Ujilah taktik bila memungkinkan

Alokasi Waktu dan Sumber Daya

Kampanye selalu dilakukan pada rentang waktu tertentu. Teknik yang dapat dilakukan adalah:

CPA (Critical Path Analysis)

Menganalisis semua komponen pelaksanaan yang terdapat pada program rencana. Komponen-komponen yang diletakkan pada titik waktu yang berada dalam satu garis lurus, mulai dari hari dibuatnya analisis sampai hari pelaksanaan.

Menyajikan Rencana Kampanye

Secara umum, isi sebuah format penyajian rencana kampanye terdiri atas komponen:

Bagian 1; Analisis masalah

Berisi tentang latar belakang masalah analisis lingkungan, tujuan kampanye serta alasan lainnya kenapa kampanye itu penting dilakukan. Disajikan dalam bentuk narasi

Bangian 2; Tujuan kampanye program

Bagian 3; pesan kampanye program

Bagian 4; sasaran kampanye

Bagian 5; alokasi waktu dan sumberdaya

Bagian 6; metode evaluasi 

Kamis, 19 Mei 2022

SALURAN DAN KHALAYAK KAMPANYE

Pertemuan Keempat Mata Kuliah

Perencanaan Kampanye Komunikasi

 

Pada pertemuan keempat mata kuliah perencanaan kampanye komunikasi membahas tentang “Saluran dan Khalayak Kampanye”.

Ketika kita akan melakukan kampanye, maka kita perlu menggunakan saluran untuk mengkampanyekan pesan yang akan kita sampaikan kepada khalayak. Adapun pengertian saluran kampanye adalah perantara apapun yang memungkinkan pesan-pesan sampai kepada penerima (schram,1983).

Saluran Kampanye

Saluran kampanye secara umum dibagi menjadi dua, yaitu:

Saluran langsung (nonmediated)

  •       Kunjungan lapangan, penyuluhan, dialog public, penyelenggaraan event.
Saluran tidak langsung (mediated)

  •       Media umum         : selembaran, newsletter, poster, banner, dll.
  •       Media massa         : TV, radio, majalah, dll.
  •       Media sosial          : Facebook, Twitter, Instagram, dll.

Berdasarkan interaksi penyelenggara kampanye dan khalayak dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

  •       Saluran above the line (lini atas)        : koran, tv, film.
  •       Through the line (lini tengah)             : media sosial
  •     Below the line (lini bawah)                 : saluran tatap muka, penyuluhan, dll.

Menurut Klapper (Mcquail,1987), jenis perubahan yang mungkin muncul akibat penggunaan media massa ada enam, diantaranya:

  1. Menyebabkan perubahan yang diinginkan (konversi)
  2. Menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan
  3. Menyebabkan perubahan kecil (baik dalam bentuk maupun intensitas)
  4. Memperlancar perubahan (diinginkan atau tidak)
  5. Memperkuat apa yang ada (tidak ada perubahan)
  6. Mencegah perubahan

Kecenderungan Penyelenggara Kampanye dalam Memanfaatkan media

Adapun kecenderungan penyelenggara kampanye dalam memnfaatkan media dibagi menjadi dua, yaitu:

Uni-directional Campaign (Media Oriented Campaign)

  • Tindakan memengaruhi khalayak dilakukan secara langsung.
  • Pesan kampanye mengalir secara linier dari sumber ke penerima melalui media massa.
  • Dialog tidak terjadi sepenuhnya mengandalkan media massa.

Bi-directional Campaign (Audience Campaign)

  • Karena keterbatasan media maka memanfaatkan saluran komunikasi kelompok dan antarpribadi.
  • Memanfaatkan pentingnya pemuka pendapat.

Penggunaan Saluran tatap muka dan Media Umum dalam Kampanye

  • Saluran tatap muka memungkingkan munculnya interaksi, pemodelan/pencontohan, motivasi, hingga penguatan secara langsung dari penyampai pesan ke khalayak.
  • Saluran ini adalah saluran paling alamiah yang digunakan manusia untuk berinteraksi sehingga memungkinkan munculnya umpan balik sekaligus pengalaman khalayak secara langsung.

Penggunaan Media Massa dalam Kampanye

Banyak penelitian yang berusaha menjelaskan bagaimana orang menggunakan media massa yang berbeda-beda. Menurut Penelitian Roper (1985) membuktikan bahwa orang lebih menggunakan TV daripada radio untuk mendapatkan informasi yang umum. Dalam bidang politik, kesempatan seorang calon yang dikampanyekan untuk memenangi pemilu, bergantung dari penggunaan media massa. Orang cenderung memilih calon yang dikenalnya melalui TV, radio atau surat kabar.

Bagaimana Mengefektikan Media dalam Kegiatan Kampanye?

  • Menggunakan banyak sumber
  • Memasukan kegiatan kampanye kedalam komunitas yang lebih besar
  • Tetap bersandar pada prinsip kesegaran dalam meraih khalayak

Media Monitoring

Dalam perspektif kampanye, media monitoring dapat diartikan sebagai kegiatan pemantauab luaran dan isi media massa cetak, elektronik, online yang berkaitan dengan isu, gagasan, atau topik yang sedang dikampanyekan.

Kegunaan media monitoring:

  1. Memantau bagaimana media massa mengagendakan atau memosisikan isu-isu yang sedang dikampanyekan, termasuk bagaimana mereka membingkai isu tersebut.
  2. Penyelenggaraan kampanye menyadari bagaimana isu, gagasan dan topik yang sedang dikampanyekan dipersepsi oleh media, dengan cara ini juga membantu secara cepat memberikan umpan balik.
  3. Membantu mengetahu apakah ada bias dan distorsi dalam pemberitaan kampanye.

Teori yang Menjelaskan Bagaimana Khalayak Mengelola dan Merespon Pesan

-          Teori Integritas Informasi (Information Integration Theory)

Sistem sikap individup dapat dipengaruhi oleh informasi yang diterima dan diintegrasikan kedalam sistem informasi sikap tersebut.

Derajat bagaimana informasi tersebut dapat mempengaruhi sikap ditentukan 2 variable yaitu,

Valence

Derajat yang menunjukkan apakah suatu informasi dipandang sebagai kabar baik atau buruk.

Jika informasi tertentu mendukung dan sesuai dengan sikap dan keyakinan yang dipegang seseorang maka akan dipandang positif, begitu pula sebaliknya.

Weight

Bobot pesan yang dikaitkan dengan kredibilitas sumber yang menyampaikan informasi tersebut.

Jika seseorang menganggap sustu informasi tertentu sebagai suatu kebenaran ia akan memberikan bobot yang tinggi informasi tersebut.

Valence menunjukkan bagaimana suatu informasi akan memengaruhi sikap.

Weight menentukan seberapa besar pengaruh tersebut akan timbul

-       Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgement Theory)

Menyatakan bahwa perubahan sikap seseorang terhadap objek social atau isu tertentu merupakan hasil proses pertimbangan yang terjadi dalam diri orang tersebut terhadap pokok persoalan yang dihadapi.  Proses mempertimbangkan isu atau objek social berpatokan pada kerangka rujukan (reference points)

Model Kemungkinan Elaborasi (Elaboration Likelihood Model)

Model kemungkinan elaborasi yang dicetuskan oleh Richard E. Petty dan John T. Cacioppo (1980) menjelaskan bahwa keputusan dibuat pada jalur yang ditempuh dalam memproses sebuah pesan. Dalam memproses pesan teori ini dibagi menjadi du acara, yaitu:

      1. Central Route

Melakukan evaluasi mendalam terhadap pesan-pesan persuasive yang diterima atau berfokus pada isi pesan.

2. Peripheral Route

Memproses pesan dengan lebih memperhatikan aspek daya Tarik penyampaiannya, kemasan produk, atau aspek peripheral lainnya serta tidak melakukan evaluasi secara mendalam.

Identifikasi dan Segmentasi khalayak Sasaran

Grunig menggunakan 4 segmentasi dalam membagi publik

      1. Non Publik

Kelompok khalayak yang tidak menyadari adanya suatu masalah atau tidak memandang apa yang mereka lihat atau rasakan sebagai maslah, apalagi seriuS.

2. Publik Laten

Orang-orang yang menyadari adanya masalah, namun tidak melibatkan diri didalamnya, mereka tidak peduli sehingga tidak mengambil pusing masalah tersebut.

3. Publik Sadar

Adalah orang-orang yang menyadari adanya masalah, terlibat dalam memikirkan masalah tersebut, namun belum mengambil tindakan apapun

4.  Publik aktif

Orang-orang yang secara aktif terlibat dalam mencari pemecahan masalah dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi atau memperbaiki keadaan.


Vlog Campaign #AyoKeKebunRaya

 Hallo guys.. Welcome back🙌🙌 Pada mata kuliah Perencanaan Kampanye Komunikasi dengan dosen Ibu Pipit. Kami diberi tugas untuk membuat Vlog...